Jumat, 18 Januari 2013

Sifat filsafat



Filsafat merupakan sebuah ilmu tua, tidak sembarang orang dapat mempelajari filsafat harus dilakukan oleh yang profesional. jika yang berfilsafat orang awam mungkin dalam berfilsafat tidak tersusun dengan baik bahkan mungkin ada yang tidak berhubungan sama sekali. filsafat juga sangat perduli terhadap ruang, waktu, dimensi, aturan dan komitmen. karena dalam berfilsafat semua hal tersebut pasti digunakan. filsafat juga halus lembut, kelembutanya melebihi udara jika dibayangkan sama seperti waktu kita melihat bulan. filsafat juga sangat menghargai tata krama, karena dalam berfilsafat sudah ada aturan yang berlaku jadi tidak semua orang dapat berfilsafat dengan baik dan benar. filsafat juga sangat sopan santun terhadap ruang dan waktu.
filsafat juga merupakan olah pikir, setiap olah pikir manusia pasti berbeda. olah pikir masing-masing yang telah mempelajari pikiran para filsuf. di indonesia dalam berfilsafat menetapkan hati sebagai komandan karena pikiran manusia bersifat terbatas. setinggi-tinggi pikiran manusia tidak akan mampu mengungkap misteri yang ada. maka dari itulah hati sebagai komandan dalam berfilsafat. tapi di luar negeri tidak demikian. mereka mencoba membuktikan keberadaan tuhan. tapi bagi orang indonesia tuhan tidak perlu dicari tetapi percaya ada itulah disebut keyakinan. mungkin ada beberapa orang akan beranggapan jika hati menggambil komandan akan menghambat dalam berpikir keyakinan akan membatasi pikiran, tapi jangan berpikiran seperti itu. anggalpah hati menjadi rambu-rambu dalam berpikir. sehingga dalam berfilsafat kita harus selalu kembali kepada keyakinan kita. filsafat juga dapat diletakan didepan apapun, karena filsafat mempelajari ada dan yang mungkin ada. segala sesuatu yang mempunyai awal dan akhir. filsafat juga ada pada dirimu sendiri. jadi tidak ada orang yang mampu lari dari filsafat.
Banyak orang menyamakan antara berfilsafat dan berpikir ilmiah. filsafat itu berfikir secara reflektif, sedangkan berfikir ilmiah belum tentu reflektif. seperti matematikawan itu belum tentu reflektif, karena jika diberfikir filsafat itu juga berfikir ilmiah. kegunan dalam berfilsafat adalah supaya pengalaman kita difikirkan. Apakah bisa kita berfikir tanpa pengalaman? Bisa misalnya dalam matematika. Contoh semuanya takut dengan harimau, tetapi kita belum pernah merasakan diterkam oleh harimau. pikiran dibentuk menjadi pengalaman, pengalaman direfleksikan dalam fikiran itulah namanya interaksi / menterjemahkan.

Minggu, 06 Januari 2013

Elegi Bagaimana Matematikawan Dapat Mengusir Syaitan?

Oleh Marsigit

Syaitan:
Uhiiihhhhh....suaraku melengking...



Matematikawan:
Melengking ditambah melengking sama dengan dua melengking.
Melengking dikurangi melengking sama dengan nol melengking.
Melengking kali melengking sama dengan melengking kuadrat.
Melengking pangkat melengking sama dengan melengking kali melengking dst sampai melengking kali.
Melengking dibagi melengking sama dengan satu
Melengking bersifat kontinu
Melengking yang diskret itu namanya mengikik
Melengking kalau digambar grafiknya melengkung
Melengking ....
...

Melengking kontinu ditambah melengking diskret hasilnya adalah melengking kontinu.

Syaetan:
Wah sialan matematikawan itu. Tidak takut dengan lengkinganku malah asyik sendiri menganalisis secara matematika dari lengkinganku itu. Saya coba dengan produksiku suara aneh. Ugreas..graes sruttt.

Matematikawan:
Dengan mendengar suara aneh itu maka aku sekarang mempunyai ide atau menemukan Konsep Bilangan Aneh. Berikut akan saya uraikan beberapa sifat, relasi dan operasi yang mungkin terjadi pada Bilangan Aneh.
Bilangan Aneh jangan disamakan dengan Bilangan Ganjil
Bilangan Aneh ditambah Bilangan Aneh adalah Bilangan Aneh
Bilangan Aneh dikurangi Bilangan Aneh adalah Bilangan Aneh
Bilangan Aneh dikali Bilangan Aneh adalah Bilangan Aneh
Bilangan Aneh dibagai Bilangan Aneh adalah Bilangan Aneh
Bilangan Aneh dipangkatkan dengan Bilangan Aneh adalah Bilangan Aneh
Sistem Bilangan Aneh mempunyai Bilangan Aneh Identitas
Sistem Bilangan Aneh mempunyai Bilangan Aneh Invers
...
...
Sistem Bilangan Aneh bersifat isomorphis dengan Sistem Bilangan Bulat.

Syaetan:
Wah sialan matematikawan itu. Tidak takut dengan suaraku yang aneh malah asyik sendiri menganalisis secara matematis suaraku yang aneh ini. Saya coba dengan bentukku yang menyeramkan.

Matematikawan:
Bentuk yang menyeramkan jika digeser juga akan dihasilkan bentuk yang menyeramkan.
Bentuk yang menyeramkan jika diputar juga akan dihasilkan bentuk yang menyeramkan.
Bentuk yang menyeramkan jika dicerminkan menurut sumbu datar maka akan diperoleh bayangan dengan bentuk yang menyeramkan.
Bentuk yang menyeramkan dapat dihitung panjang kelilingnya.
Bentuk yang menyeramkan dapat dihitung luasnya.
...
...
...
Bentuk yang menyeramkan berdimensi tiga dapat dihitung volumenya.

Syaitan:
Wah sialan matematikawan itu. Tidak takut dengan bentukku yang menyeramkan malah asyik sendiri menganalisis secara matematis bentukku yang menyeramkan. Saya coba dengan mendatangkan temanku yang jumlahnya banyak sekali.

Matematikawan:
Dalam matematika, jumlah yang banyak sekali dapat ditafsirkan bermacam-macam. Dia bisa himpunanbilnagn terbuka, dia bisa bilangan infinit, dia bisa menuju limit, dia bisa tak terhingga, dia bisa transenden, dst.
Banyak sekali ditambah banyak sekali adalah banyak sekali.
Banyak sekali dikali banyak sekali adalah banyak sekali.
Banyak sekali pangkat banyak sekali adalah banyak sekali.
...
...
...
Banyak sekali jangan disamakan dengan besar sekal.

Saitan:
Wah sialan matematikawan itu. Tidak takut dengan temanku yang banyak sekali malah menganalisis konsep banyak sekali ditinjau dari sisi matematika. Akan saya tunjukan bahwa saya bisa menghilang dan berubah bentuk.

Matematikawan:
Kata dasar dari menghilang adalah hilang. Kata bentukannya bisa menghilang, dihilangkan, atau menghilangkan. Dalam matematika dikenal metode menghilangkan atau eliminasi, misalnya menghilangkan variabel di ruas kiri pada penyelesaian suatu persamaan. Yang setara dengan metode menghilangkan adalah metode substitusi. Yang bisa hilang tidak hanya variabel, tetapi juga tanda-tanda bilangan dan tanda-tanda akar. Tanda akar kuadrat suatu bilangan akan hilang jika akar kuadrat dari bilangan itu kita kuadratkan. Jika diekstensikan artinya maka menghilang bisa dimengerti sebagai kosong. Tetapi kosong itu belum tentu nol, karena nol itu bilangan dan jelaslah tidak kosong. Jika hutangku negatif ternyata dapat dimengerti sebagai tidak punya hutang. Perihal perubahan bentuk dalam matematika dapat saya terangkan demikian. Bangun-bangun geometri baik datar, lengkung maupun dimensi tiga dapat berubah bentuknya jika dikenai perlakuan misalnya dengan translasi. Ada bermacam-macam translasi misalnya dilatasi, rotasi, dan refleksi...atau gabungan dari dua atau ketiganya.

Syaitan:
Wah sialan matematikawan itu. Tidak takut dengan kemampuanku dapat menghilang malah pamer tentang penggunaan konsep hilang dalam matematika. Dia malah menerangkan teori perubahan bentuk dengan translasi. Sekarang akan saya goda dengan WANITA CANTIK.

Matematikawan:
WANITA adalah sebuah kata terdiri dari enam huruf yaitu W, A, N, I, T, A
WANITA dengan unsur-unsur hurufnya yang ada dapat dibentuk kata yang lain dengan komposisi huruf yang sama seperti:WANIAT, WANAIT, WAANIT, AWANIT, WANTIA, WATNIA, WTANIA, dst.
...
...
CANTIK adalah sebuah kata yang terdiri dari enam huruf yaitu C, A, N, T, I, K
...
dst


Syaitan:
Wah sialan matematikawan itu. Tidak terpengaruh dengan WANITA CANTIK...malah menganalisis secara matematis komposisi huruf yang terdapat di kata-kata itu. Saya coba dengan godaan Barang Mewah

Matematikawan:
Sebuah Barang Mewah terdiri dari komponen dasar A, B, C, D dan E. Diketahui harga komponen A adalah 35 %, komponen B adalah 30 %, komponen C adalah 25%, komponen D adalah 8%, dan komponen E adalah 2%. Komponen E berharga Rp 2 juta. Jika akan diproduksi 1000 buah Barang Mewah maka tentukan berapa biaya keseluruhan? Perhitungannya adalah sebagai berikut:...

Syaitan:
Wah sialan matematikawan itu. Tidak terpengaruh dengan Barang Mewah...malah menganalisis secara matematis komponen barang mewah, membuat soal cerita dan asyik menghitungnya. Hai matematikawan jangan sok pintar engau didepanku...sehebat-hebat rasional pikiranmu tidaklah akan mampu memikirkan seluruh diriku. Ketahuilah bahwa ada bagian dari diriku itu yang bersifat irasional.

Matematikawan:
Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai p per q dimana p bulat, q bulat dan q tidak sama dengan nol. Sedangkan bilangan irrasional adalah bilangan yang tidak demikian. Tentulah semua bilangan bulat adalah bilangan rasional. Sedangkan contoh dari bilangan irrasional adalah bilangan phi, bilangan e, akar dua, dst. Kalau hanya bicara bilangan rasional atau irrasional dalam matematika itu hal biasa. Padahal masih ada lagi yang akan saya uraikan yaitu bilangan imaginer. Bilangan imaginer adalah...kalau saya berusaha menarik akar dari bilangan negatif misalnya akar dari bilangan minus satu maka saya akan peroleh bilangan imaginer.

Syaitan:
Sialan tenan matematikawan itu. Saya pameri sifatku yang irrasional malah berteori tentang bilangan rasional dan irrasional. Dia malah pamer bilangan imaginer segala. Hai matematikawan...apakah engkau tidak tahu bahwa saya sudah mulai marah? Ketahuilah bahwa saya itu bukan syaetan biasa.Saya itu syaitan dengan pangkat yang tinggi..tahu?

Matematikawan:
Ada bermacam-macam bilangan berpangkat itu. Ada bilangan berpangkat bilangan bulat, bilangan berpangkat bilangan pecah, ada juga bilangan berpangkat tak sebenarnya. Hehe...asal tahu saja engkau syaetan...berpangkat tak sebenarnya itu juga dapat diartikan mempunyai pangkat tetapi dengan cara tidak khalal. Saya ragu apakah pangkatmu itu khalal atau tidak?

Syaitan:
Sialan tenan orang itu...malah mempertanyakan dan meragukan pangkatku. Hai..orang yang mengaku matematikawan hebat...apa engkau tidak tahu bahwa aku mempunyai kemampuan masuk kedalam tubuh manusia?

Matematikawan:
Kemampuan syaitan masuk ketubuh manusia, di dalam matematika, dapat dianalogan dengan penggantian sebuah variabel dengan dengan konstanta. Dalam matematika konstanta-konstanta penyusup variabel bisa juga berupa bilangan atau variabel yang lain. Jika yang menyusupi atau yang menggantikan variabel adalah juga variabel maka keadaannya persis manusia yang kesurupan syaitan, tetapi dengan catatan bahwa variabelnya bersifat jelek seperti halnya sifat dirimu. Kejadian demikian banyak ditemukan pada pembicaraan tentang fungsi komposisi...dimana variabelnya bahkan bisa berupa fungsi. Untuk matematika tingkat rendah itu namanya substitusi. Maka sederhana saja untuk memahami secara matematis perihal kemampuanmu masuk ke dalam tubuh manusia.

Syaitan:
Kurangajar tenan...dia malah kelihatannya mengetahui rahasiaku.Wah ternyata sangat sulit menggoda seorang matematikawan atau orang-orang yang menggunakan akalnya. Sejak dulu Adam A.S selalu lebih tinggi ilmunya dari saya. Hai..sekali lagi... hai...yang mengaku matematikawan sejati...jika engkau betul-betul mengaku sebagai matematikawan...cobalah kalau bisa hitunglah dosa-dosaku dan hitunglah amal-amalmu?

Matematikawan:
Aku tidaklah terlalu peduli dengan dosa-dosamu. Tetapi aku lebih peduli agar diriku tidak melakukan dosa. Tetapi jika karena suatu hal disadari atau tidak aku telah melakukan dosa besar X, maka insyaallah aku akan memohon ampun kepada Allah hingga tak berhingga banyaknya. Itulah bahwa di dalam matematika berapapun besar nilai X jika dibagi dengan bilangan tak hingga maka hasilnya Nol. Itulah bahwa harapanku adalah atas kuasa Tuhanku maka dosaku menjadi Nol. Sedangkan dosamu adalah kesombonganmu dan perilakumu menyekutukan Tuhan...itu adalah dosa yang tak terhingga besarnya. Seberapapun engkau berpura-pura memohon ampun maka itulah hukumnya dalam matematika bahwa bilangan tak berhingga besarnya jika dibagi dengan bilangan berapapun hasilnya adalah masih tak terhingga. Itulah bahwa dosamu itu tidak terampuni. Na'u dzubillah himindzalik. Sedangkan sebesar-besar pahala adalah bagi orang beriman yang ikhlas. Setinggi-tinggi derajat manusia didunia masih kalah tinggi dengan orang yang ikhlas. Itulah hukumnya dalam matematika bahwa bilangan besar betapapun jika dipangkatkan Nol maka hasilnya adalah Satu. Nol itu adalah ikhlasnya orang beriman, sedangkan Satu itu Esanya Tuhanku. Ya Allah ampunilah dosa-dosaku. Ya Allah jauhkanlah aku dari godaan syaitan yang terkutuk. Amiin

Syaitan:
Ooo...ohhh kurangajar...dengan matematikamu ternyata engkau bisa menguraikan jumlah dosa dan jumlah pahala...malah engkau itu bisa mengaji. Oh..kenapa badanku terasa panas sekali? Aku tak tahan...oh jangan...jangan...wahai sang matematikawan...aku telah bertobat...tidak...tidak...jangan bakar tubuhku....tidak...tidak...aku pergi...pergi...pergi...Kecerdasan dan doamu ternyata telah membakar diriku... panas... pergi...pergi...

Matematikawan:
Ahhh...dasar syaitan...ditinggal ngetung matematika saja sudah kelabakan. Ternyata keasyikanku bermatematikaria bisa mengusir syaitan. Setelah aku panjatkan doa kehadlirat Allah SWT ternyata pergi dia. Alhamdulillah...amiiin.

sumber : http://powermathematics.blogspot.com/2010/03/elegi-bagaimana-matematikawan-dapat.html?showComment=1357476655733#c3107555473384899144

Selasa, 06 November 2012

Elegi Memahami Elegi

Oleh Marsigit
 
Mahasiswa:
Aku jengkel, aku marah, aku tak peduli, aku tersinggung...



Dosen:
Sebentar apa masalahnya? Mengapa anda bersikap demikian?

Mahasiswa:
Ah Bapak tak perlu berpura-pura. Kan segala macam persoalan yang membuat Bapak sendiri.

Dosen:
Oh baik apakah ini berkaitan dengan perkuliahan filsafat. Jika benar apakah ini berurusan dengan Elegi-elegi?

Mahasiswa:
Sumpah serapah. Saya tak mau lagi membaca Elegi? Kekaguman saya kepada bapak juga runtuh sudah. Ternyata Bapak tidak seperti yang aku pikirkan.

Dosen:
Lho kenapa, emangnya apa salahnya Elegi? Jika engkau telah menemukan bahwa aku tidak perlu lagi engkau kagumi, bukankah itu adalah satu jalanmu bagi pencerahanmu. Filsafat itu tidak tergantung oleh keberadaan saya. Sehebat-hebat aku sebagai dosen, itu adalah ibarat setitik pasir ditepi lautan filsafat. Maka aku perlu sarankan pula agar engkau pun perlu memikir ulang kekagumanmu terhadap dosen yang lain. Sebab hal yang demikian dapat melemahkan usahamu mewujudkan pikiran kritismu.

Mahasiswa:
Bapak itu tidak mutu. Kenapa aku belajar filsafat pakai syarat harus (diwajibkan) membaca Elegi?

Dosen:
Sebetulnya bukan wajib. Wajib itu relatif. Selama itu masih urusan dunia, segala kewajiban itu masih bisa dirundingkan.

Mahasiswa:
Tetapi setelah membaca Elegi dan mengikuti kuliah Bapak saya jadi pusing. Konsep pemikiranku menjadi berantakan tak karuan. Waktu saya untuk belajar filsafat itu cuma sedikit Pak. Saya mempunyai banyak tugas-tugas yang lain. Apa lah gunanya berfilsafat, sehingga berbicara ngalor ngidul yang tak relevan dengan kehidupan sehari-hari. Lagi pula tidak ada sangkut pautnya dengan tugas mengajar saya. Saya perlu pemondokan, saya perlu transportasi, saya bolak balik dari kampus ke tempat asalku. Itu sudah sangat menyita waktu.

Dosen:
Lha apa usulmu dan apa maumu?

Mahasiswa:
Berikan saja kepada saya referensi yang singkat, padat dan jelas, untuk kemudian saya bisa baca dengan singkat dan saya gunakan untuk persiapan ujian. Beres gitu aja pak.

Dosen:
Maaf, menurut pandangan saya. Ibarat perjalanan, anda sudah memasuki jalan-jalan dan gang sempit, sehingga sulit bagi dirimu untuk membalikkan kendaraanmu atau parkir atau balik arah dsb. Padahal orang belajar filsafat itu ibarat duduk di lobi, dia belum menentukan sikap jalan mana yang harus dilalui, dia hanay baru memikirkannya.

Mahasiswa:
Lagi-lagi, Bapak mulai berfilsafat. Mulai sekarang saya akan diam saja, tidak akan bertanya, tidak akan membuat komen pada Elegi, dan bersifat pasif saja dalam perkuliahan.

Dosen:
Kelihatannya anda cukup bernafsu dalam bersikap. Jika demikian maka pilihan hidup anda akan semakin sedikit. Bukankah banyak orang lebih suka mempunyai banyak pilihan agar hidup itu membahagiakan?
Padahal dalam mempelajari filsafat, mahasiswa itu seyogyanya dalam keadaan NOL. Artinya agar mampu berpikir kritis, maka kita perlu berpikir netral, tidak prejudice atau watprasangka, tidak emosi, tidak putus asa.

Mahasiswa:
Ah lagi-lagi Bapak mulai berfilsafat. Saya jujur saja jemu dengan segala macam ceremah Bapak.

Dosen:
Jikalau engkau mulai jemu dengan ceramah saya, bukankah setiap hari saya sudah beri kesempatan untuk bertanya, usul, memberi saran atau apa saja baiknya agar engkau mampu belajar filsafat.

Mahasiswa:
Sebetulnya sih enggan aku katakan. Jujur saja untuk berbicara di kelas juga aku mengalami kesulitan, karena mungkin bacaanku juga masih sedikit.

Dosen:
Kenapa engkau tidak usul atau bertanya atau memberi saran.

Mahasiswa:
Untuk itu semua juga sama saja. Saya tidak merasa pede karena mungkin saya juga kurang membaca. Atau bacaan saya belum relevan dengan pokok pembicaraan.

Dosen:
Terus apalagi yang ingin engkau sampaikan?

Mahasiswa:
Kenapa Bapak melakukan testing filsafat, sehingga terasa memberatkan mahasiswa?

Dosen:
Itu merupakan komunikasi formal. Wajib hukumnya bagi dosen untuk menguji mahasiswa.

Mahasiswa:
Kenapa ujiannya seperti itu, lain lagi minta ujiannya sesuai dengan selera saya.

Dosen:
Ujian seperti apa yang engkau inginkan?

Mahasiswa:
Aku sendiri juga bingung. Bagaimana ya cara Bapak menguji diriku agar Bapak juga tahu kemampuan berfilsafatku?

Dosen:
Saya sebetulnya mempunyai banyak cara dan teori untuk mengujimu. Anda sendiri juga bisa membuat refleksi, bisa membuat makalah, bisa menguraikan atau membuat tesis, anti tesis atau sintesis.

Mahasiswa:
Apa pula itu Pak?

Dosen:
Kemarahan dan emosimu telah menutup sebagaian ilmumu. Jika engkau terus-teruskan itulah sebenar-benar musuhmu dalam belajar filsafat. Jika engkau tidak mamu mengatasi sampai kuliah ini berakhir, itu pertanda engkau gagal dalam menempuh perkuliahan. Padahal sebetul-betulnya yang terjadi adalah untuk belajar filsafat, tidak cukup hanya membaca sedikit, tidak tepat kalau hanya menginginkan petunjuk teknis, tidak cukup kalau hanya membaca referensi wajib, tidak cukup hanya berpikir parsial. Jika itu yang engkau lakukan maka itulah sebenar-benar anda akan menjadi manusia yang berbahaya dimuka bumi ini, karena anda akan menggunakan filsafat tidak tepat ruang dan waktunya. Maka mempelajari filsafat juga tidak bisa urut hirarkhis, tidak hanya membaca tetapi berfilsafatlah dengan segenap jiwa ragamu. Itulah maka sebenar-benar filsafat adalah refleksi hidupmu sendiri. Amarahmu dan kekecewaanu itu adalah catatanmu. Tetapi ketahuilah bahwa amarah dan emosi itu sebenar-benar adalah telah menghabiskan dan membakar energimu.

Mahasiswa:
Bapak otoriter.

Dosen:
Otoriter itu dunia. Dia punya batas-batasnya. Dia bisa sangat kuat tetapi juga bisa sangat lemah. Jika otoritasnya sangat lemah mungkin dia demokratis, tetapi tidak selalu demikian. Lihat betapa Amerika begitu garangnya berperang dalam rangka menegakkan demokrasi. Lalu apa usulmu lagi?

Mahasiswa:
Sementara aku akan berdiam diri.

Dosen:
Baik, dalam diam itu ada kebajikan. Karena diam dapat digunakan sebagai sarana untuk refleksi diri. Ketahuilah bahwa refkesi diri itu merupakan kegiatan berpikir yang paling tinggi. Demikianlah semoga kita semua dapat selalu belajar dari pengalaman. Amiiin.

Mahasiswa:
Ntar Pak jangan ditutup dulu. saya ingin tanya dengan jurur. Terus terang saya mengalami kesulita memahami Elegi Bapak.

Dosen:
Baik anda mengalami kesulitan karena saya menggunakan berbagai macam bahasa dengan segala tingkatannya.

Mahasiswa:
Maksud Bapak?

Dosen:
Elegi itu tidak hanya meliputi jenis ucapan tetapi juga tindakan ucapan. Kita mengetahui ada paling sedikit empat macam jenis komunikasi: material, formal, normatif dan spiritual. Maka Elegi itu meliputi semua tingkatan jenis komunikasi tersebut.

Dalam Elegi aku juga berusaha menggunakan bahasa konstatif, maksudnya saya berusaha menggambarkan suatu kejadian atau fakta atau fenomena menggunakan gaya bahasaku sendiri. Dengan bahasa konstatif itu anda dapat melakukan verifikasi atau menilai benar salahnya pernyataan saya. Maka carilah mereka itu dalam Elegi-elegi saya. Tetapi ada juga Elegi dimana saya bebas memilih kata-kata atau bahasa saya sesuai dengan selera saya.

Dengan bahasa demikian saya tidak bermaksud agar anda membuktikan kebenarannya, tetapi semata-mata merupakan usaha saya sebagai penutur bahasa untuk memberi muatan filsafat, muatan moril atau muatan pengetahuan atau muatan pengalaman lainnya. Dengan bahasa perforatif itu saya ingin menunjukkan bahwa elegi itu memang orisinil tulisan saya.

Saya juga ingin menunjukkan kehadiran keterlibatan saya dalam elegi itu dengan demikian saya bisa lebih menghayati penulisan elegi itu. Di sinilah mungkin terjadi perbedaan taraf kelaikan yang anda harapkan dengan taraf kelaikan yang saya gunakan atau saya pilih. Jika terjadi kesenjangan ini maka saya menyadari bahwa anda akan dibuatnya “unhappy”, sedangkan saya sipembuat elegi happy-happy saja.

Tetapi dalam membuat Elegi ini saya juga tidak hanya melakukan hal-hal di atas. Dalam beberapa hal saya juga melakukan apa yang disebut sebagai tindakan lokusi, yaitu meletakkan tanggung jawab penuturan bahasa bukan pada penuturnya tetapi kepada semuanya. Artinya penuturan bahasa itu memang bersifat umum. Dengan mengambil tindakan lokusi pada suatu Elegi saya merasa mempunyai landasan untuk mengembangkan tindakan illokusi bahasa.

Tindakan illokusi bahasa adalah bahasa yang menunjukkan lawan terhadap tindakan sesuatu, dengan demikian tindakan illokusi ini akan menuntut saya sebagai si penutur bahasa untuk bersikap konsekuen juga melaksanakan penuturan saya itu. Misal keyika saya menyarankan anda untuk membaca, itu berarti saya juga seharusnya menyarankan kepada diri saya juga. Demikian juga ketika saya menyarankan anda untuk berbuat baik, bertindak konsisten, berpikir kritis, dsb.

Namun tidak hanya itu saja. Kata-kataku dalam elegi juga sebagian menunjukkan keadaan si pendengar dengan segala implikasinya. Artinya, saya menyadari bahwa kata-kata saya itu akan berpengaruh terhadap si pembaca elegi. Dalam filsafat bahasa mungkin ini yang disebut sebagai tindakan saya yang bersifat perlokusi.

Misalnya kalimat saya yang berbunyi-tidak mungkin belajar filsafat tanpa membaca-.
Ini berakibat anda sebagai mahasiswa saya yang menempuh filsafat, mau tidak mau harus membaca. Jika hal demikian dirasa berat, itulah anda dan juga saya menemukan bukti yang kesekian kalinya bahwa manusia di dunia itu bersifat kontradiktif.

Maka dapat aku katakan bahwa hidup itu adalah pilihan. Jika itu telah menjadi pilihanmu, mengapa engkau melakukan segala perbuatanmu kelihatannya kurang ikhlas. Bukannya engkau tahu bahwa ketidak ikhlasan walau sedikitpun itu tidak akan membawa manfaat baik di dunia maupun akhirat.

Maka renungkanlah. Semoga Allah SWT mengampuni segala kesalahan dan dosa-dosa kita. Amiin

Sumber : powermathematics.blogspot.com/2009/10/elegi-memahami-elegi.html

Kamis, 27 September 2012

Definisi Filsafat


Filsafat merupakan tata cara dalam berpikir. Banyak hal di dunia ini yang apabila dilakukan terdapat tata cara bagaimana melakukan hal tersebut. Seperti dalam melakukan ibadah, tentu saja terdapat tuntunan atau tata cara dalam melakukannya. Begitu pula dalam berpikir, terdapat adab atau tata cara yang dapat dipelajari dalam melakukan olah pikir. Jika kita mempelajari tata cara filsafat sama saja dengan kita sedang berfilsafat.
Filsafat sendiri mempunyai karakter ultima, yakni puncak. Puncak berpikir, puncak keadaan, ataupun puncak urusan dunia. Walaupun terdapat kendala dalam berfilsafat yakni berasal dari keadaan. Karena kehidupan tidak akan lepas dari keadaan, karena pentingnya keadaan maka dalam filsafat kehidupan dapat didefinisikan sebagai keadaan. Sedangkan unsur dari keadaan adalah potensi dan fakta. Artinya dalam menjalani kehidupan, manusia mempunyai unsur keadaan potensi dan fakta. Potensi merupakan suatu keinginan atau cita-cita yang ada pada diri manusia. Sedangkan fakta merupakan hal yang sudah terjadi atau dialami oleh manusia. Dalam mempelajari filsafat atau melakukan filsafat hanya perlu dua macam bekal yaitu berpikir kritis (berlogika) dan pengalaman.
Dalam berfilsafat harus dimulai dari pemikiran-pemikiran yang sepele, sehingga dalam berfilsafat tidak perlu menunggu suatu kejadian yang besar. Tetapi letak filsafat bukan seperti karakternya ultima (tertinggi), diatas filsafat masih ada yang lebih tinggi lagi yakni spiritual. Maka metode berfilsafat pada hal tertentu sama dengan metode spiritual dan juga menyangkut metode keilmuan serta menyangkut metode-metode dalam kehidupan sehari-hari.  Sehingga metode yang digunakan untuk mempelajari filsafat adalah metode kehidupan karena sesungguhnya filsafat sendiri adalah hidup. Metode hidup adalah apa yang kita alami dari semenjak lahir sampai sekarang kita menghirup nafas. Kita pernah menulis, membaca, berjalan, menjelaskan, bertanya, itu semua adalah metode hidup yang pernah kita alami. objek filsafat adalah segala yang ada dan yg mungkin ada. segala yang mungkin ada segala sesuatu yang belum diketahui. Dan segala yang ada adalah yang sudah diketahui. sedangkan alat yang dipakai untuk filsafat adalah bahasa tapi tidak semua bahasa tetapi yang digunakan bahasa analog. Analog itu tidak sekedar kiasan. Bisa juga bermakna sindiran.
Untuk mengetahui filsafat lebih kita perlu banyak pertanyaan, sehingga dalam berfilsafat adalah mengutarakan banyak pertanyaan. tetapi dalam berfilsafat juga harus diimbangi dengan spiritual. Setinggi-tinggi ilmu, secanggih eknologimu jangan sampai meninggalkan spiritual. jika dapat dibandingkan, maka perbandingan berfikir filsafat dengan spiritual adalah 1: 10. Sejauh-jauh pengembaraan dalam filsafat, maka anda harus kembali kepadsa spiritual. Untuk mncari tuhan kita harus mengandalkan hati karena tuhan ada dalam hati bukan pikiran.

Rabu, 18 April 2012

How to Develop Scientific Paper

Abstract: Abstracts are brief (one paragraph) summary of the entire paper. Abstract should briefly explain the question posed in the paper, the method used to answer this question the results obtained, and conclusions. It should be possible to determine the main points of paper by reading the abstract. Although located at the beginning of writing, is the easiest to write the abstract after the paper was completed.
Introduction: Introduction should
1.    describe the questions are tested by experiments described in the paper,
2.    explain why this is interesting or important question,
3.    explain approach used in sufficient detail that a reader who is not familiar with this technique will understand what they do and why, and 
4.    very briefly mention the conclusions of the paper.
Material and Method: Materials and Methods section should briefly describe what actually performed. This should include a description of the techniques used so that one can find what the experiment actually performed. Details of the protocol does not need to be published reproduced in the text but appropriate references must be cited - for example, shows only. Any change from the published protocol must described. It is not appropriate to indicate the volume of solution added - not shown relevant information about the trial as the final concentration used.
Results: Begin each paragraph with an opening sentence that tells readers what is meant is being tested in the experiments described in the verse. Write the opening sentence in bold font for emphasis. Each. results that include multiple data points are very important for the reader to evaluate the experiment should be shown in the table or figure. However, the results should be summarized in accompanying text. When referring to a particular table or figure, they should be capitalized text of the Results section should be brief but should provide the reader with a summary of the results of each table or picture. Not all the results deserve a separate table or figure. As a rule of thumb, if there are only a few Simple numerical results illustrate the results or conclusions in the text rather than in a table or search. Your paper should focus on what works, not something that is not working
Tables and Figures: All tables and figures should be put into a contextual framework within according to the text. A table of strains used must be mentioned in the Materials and Methods section, a table of results should be summarized in the Results section, the figures show biosynthetic pathway should be described in the Discussion section, etc. Tables and figures should present information in a format that is easily evaluated by the reader. A good rule thumb is that it should be possible to figure out the meaning of a Table or Picture without refers to the text. Tables and figures usually have to summarize the results, no major amount of raw data. Whenever possible, the results should provide some means to evaluate reproducibility or statistical significance of each number are presented. Tables and images can be printed on a separate page following the References section. Alternatively, tables and images can be integrated into the paper if you use a page
layout program. However, if they are integrated into the paper to make sure that no pages break in the middle of the table or figure. Do not wrap text around the outside tables and figures
- If the result is quite important to show as a table or figure they have to stand on pages, will not be buried in the text.
Discussion: Do not just restate the results - to explain the conclusions and interpretations the Results section. How do your results compared with the expected results? What further predictions can be seen from the results?
Quote: It is important to credit the paper published the work mentioned in your manuscript. There are different ways to cite references in the text - the style used depends on the Policy journals. In text citations should refer to the reference list. Do not rewrite the headline references in the text.
List of references: As a quote, a variety of reference formats used by different journals. To examples of commonly used examples, see "Instructions for the authors' Web site Format: certain general rules are usually followed in scientific writing. Currents. Readers interpret prose more easily as it flows smoothly, from the rationale the conclusion. Do not force the reader to figure out your logic - clearly stated rationale. In addition, much easier on the reader if you explicitly declare the logic behind each transition from one idea to another. Abbreviations. Use standard abbreviations instead of writing full words. Some common abbreviations that do not require the definition shown on the attached table.
Define all other abbreviations the first time they are used, then use the abbreviation. As a general rule, do not use abbreviations unless the term is
used at least three times in the script. With two exceptions, the space should be left between numbers and units attached to them. In general, abbreviations should not be written in the plural. Past, present, and future tense. The results described in the paper you have described in past tense Results of published papers have described in the present experiment only do you do in the future should described in the context of the future. In addition, inanimate objects must be described in the third person, not anthropomorphic terms or phrases Empty possessive. Avoid using phrases that do not contribute to the understand
Proofreading: Always spell check your paper and carefully proofread your paper before shipping. In addition to checking for errors and typos, read your paper for yourself as if you being read aloud to ensure that the words and sentence construction is awkward.
Reference :
http://www.sci.sdsu.edu/~smaloy/MicrobialGenetics/topics/scientific-writing.pdf
http://en.wikipedia.org/wiki/Scientific_journal

Selasa, 20 Maret 2012

INNOVATION IN TEACHING LEARNING PROCESES of MATHEMATICS

Introduction
Although the Mathematics subject is so important and occupies a central position since ancient times is still a lot of interest students. The gap was found between aspiration and achievement. Mathematics is very abstract. This deals with ideas rather than objects, the manipulation of symbols rather than manipulation object. This is a tightly-knit structure in which ideas are interrelated. Mathematical concepts is hierarchical and interconnected, like a house of cards. Except under the concept of a controlled rate, a higher level concept can not be understood. The innovation process generally described as consisting of three important steps, beginning with conception an idea, which is then proposed and finally adopted. Although many ideas have been prepared to bring about change in teaching mathematics, It remains to be proposed and adopted.
Objectives of Teaching Mathematics
Education provided to achieve certain goals and objectives. Range of subjects of the school curriculum is a different means to achieve that goal. So with each subject several inherent objectives to be achieved through teach the subject. According to Sidhu (1995) the purpose of teaching mathematics are as follows:
•    To develop mathematical skills such as speed, accuracy neatness, in short, estimates, etc. To develop logical thinking, reasoning power, analytical thinking, critical thinking.
•    To develop a decision-making power.
•    To develop problem-solving techniques.
•    To identify the adequacy or inadequacy of the data provided in connection with problem.
•    Develop a scientific attitude is to predict, locate and verify the results.
•    To develop the ability to analyze, to draw conclusions and generalizations from the collected data and evidence.
•    To develop attitudes and heuristics to find solutions and evidence with own independent efforts.
•    To develop a mathematical perspective and outlook to observe the natural world and society.
Innovations in Teaching Mathematics
Innovations in teaching of mathematics can be diversified in terms of Methods, Pedagogic Resources and Mastery Learning Strategy used in teaching-learning process.
1.    Mastery Learning Strategy
Teaching strategy is a general plan for the lesson and include specific structure to follow. BS Bloom's Mastery Learning Strategy has been developed. This is a new instructional strategies used to develop a mastery learning and curriculum objectives can be realized. It consists of different steps: division of content into the unit, the formulation of objectives associated with each unit, teaching and the instructions are organized to realize the objectives of each unit, manage the unit tests to evaluate the level of mastery and diagnose learning difficulties, repair instructions are given to eliminate the difficulties and reached the level of mastery by each student. This strategy plays an important role to learn from the basics and fundamentals such as operating in various number of systems - Natural numbers, Integers, Rational numbers, Real number
2.    Method
Method is a style of presentation of content in the classroom. The following is an innovative method that can be used to make the teaching-learning Mathematical process effectively.
-    Inducto-Deductive Method
-    Analytico-Synthetic Methods
-    Play-Way Method
-    Laboratory methods
3.    Pedagogic Resources
Is the source of pedagogical resources that teachers can integrate the Transaction methods with specific content and take advantage to advance students learn.
-    Teaching Aids
-    Activity

In order to promote learning and skills using the library and resource center should be encouraged. Receive regular feedback for teaching and learning should be an inbuilt component of the learning process. Once teachers find innovative ways to generate interest and enthusiasm in the classroom, he will be able to use idea again next year, because they will be new and exciting for a different classes. But teachers should keep in mind that over time, the the world changes, the environment around the student changes and their needs change, so we must continue to modify and find new ways of teaching that proves he's a better teacher

Refrences :
http://www.waymadedu.org/StudentSupport/Rachnamadam.pdf
http://en.wikipedia.org/wiki/Mathematics_education

Selasa, 06 Maret 2012

Way of mathematic teaching traditional and inovative

Traditional teaching related to the teacher as controlling the learning environment. transfer of knowledge can only be said by the teacher or controlled by the teachers, and students just listen to what the teacher taught them. They regard the students as having 'knowledge holes' that need to be filled with information. In contrast to innovative teaching, because the adaptation of innovative learning model of learning fun. Learning is fun is the key to which is applied in innovative learning. If the student has invested this in mind there will be no more students are passive in class, feeling pressured by the task deadline, the possibility of failure, lack of choice, and of course boredom. To be able to implement innovative learning teachers must be able to:
•    Understand the properties owned subsidiary,
•    Getting to know children as individuals,
•    Use the child's behavior in the organization of learning,
•    Develop critical thinking skills, creativity, and problem solving skills,
•    Develop a classroom as an engaging learning environment,
•    Make use of the environment as a learning resource,
•    Providing good feedback to enhance learning,
•    Differentiating between physically active and mentally active.
but the traditional methods are different by innovative methods that make students construct their own knowledge the teacher and the task of the teacher is to facilitate students. For the traditional mathematical methods only make mathematics itself as an object outside, but in innovative methods of mathematics or mathematical object is its own students. Innovative points in math teaching method is to make students active in student learning or the center of the learning and teaching and the teacher just facilitating them. To explore students' knowledge should be facilitated by good teachers to make students active in teaching and learning. This can also be performed in all general education not just for mathematics education