Jumat, 18 Januari 2013

Menembus Ruang dan Waktu



Ruang itu dapat dimisalkan sebagai dimensi satu, dimensi dua, dimensi tiga seperti di dalam matematika. Dimensi, material, formal, normatif, dan spritual juga adalah ruang. Tua muda, suami istri juga merupakan ruang. Maka yang ada dan yang mungkin ada mempunyai dimensi ruang. Berfilsafat itu harus mempunyai keterampilan menembus ruang-ruang yang ada kalau tidak fisikku maka formalku. Jika dalam menembus, dikenalnya diri di kampung adalah formal. Waktu ada tiga macam menurut Kant, yaitu waktu kerurutan, berkelanjutan dan bersatuan. Untuk bisa memahami ruang kita gunakan waktu, untuk bisa memahami waktu kita gunakan ruang.

Menembus ruang dan waktu tidak ada subjeknya maka apabila kita beri siapa yang akan menembus ruang dan waktu maka akan menjadi lebih rinci lagi. Ternyata manusia mempunyai dimensi yang lengkap, yaitu dimensi material, formal, normatif dan spritual. Dan karakter menembus ruang dan waktu ternyata mempunyai karakter yang berbeda, secara material misalnya kita terjun payung maka kita berpindah dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, secara formal misalnya kenaikan pangkat, secara normatif misalnya pikiranku bisa menembus ruang dan waktu dengan sekejap pikiranku bisa sampai dengan cepat di London, Tokyo dsb, apalagi secara spritual karena hukumnya doa lebih cepat dari pikiran. Menembus ruang dan waktu adalah apa dan siapa apakah dengan sadar atau tidak sadar.

Secara normatif bagaimana kita menembus ruang dan waktu? Ada metodologinya, yaitu: pemahaman kita akan fenomenologi (didalamnya memuat ruang dan waktu) dan pemahaman fondalisme atau anti fondalisme (intuisi). Femonolgi tokohnya Husserl, di dalam femonolgi apapun nantinya diterapkan dalam matematika karena hubungannya sangat dekat. Di dalam femonologi tersebut ada dua macam: idealisasi dan abstraksi. Idealisasi adalah menganggap  sempurna sifat yang ada, karena di dunia ini tidak ada yang sempurna. Abstraksi adalah kodrat, dipilih atau memilih, atau kegiatan mereduksi (reduksionisme). Hakekatnya manusia itu reduksionis, dimana kita akan mati saja sudah ditentukan. Lahir dan mati bagaikan fungsi korespodensi satu-satu, manusia yang lahir pasti akan mati. Tidak ada manusia yang lahir sekali tapi dalam hidupnya bisa mati sampai lima kali. Hidup juga kontradiksi, karena pada saat kita bersifat reduksi maka disaat yang sama kita bersifat melengkapi. Manusia berusaha untuk melengkapi hidupnya, ilmunya, keluarganya, inilah sebenar-benarnya kita bersifat kontradiksi. Husserl merasa untuk membuat rumah yang dinamakan rumah epoke. Ialah rumah untuk tempat bagi semua yang tidak aku pikirkan, di penjarakan di dalam rumah ini. Inilah filsafat, terdapat rumah pikiran bukan secara formal. Jadi yang tidak dipikirkan itu adalah sulit, karena apa yang kita bicarakan maka menjadi subjek yang kita pikirkan dan tidak bisa disimpan dalam epoke. Yang bisa dimpan di epoke adalah yang tidak kita pikirkan atau kita abaikan. Manusia tidak bebas dari idealisasi dan abstraksi karena tanpa keduanya manusia tidak akan bisa hdup. Ketika kita berdoa maka pusatkan pikiran kita. Penggunaan epoke terdapat material formal yang ada yang diperlukan. Jika kita ingin membangun matematika, kita harus melengkapi ilmu-ilmu yang lain. Jika kita belajar segitiga hanya fokus terhadap bentuk dan pikiran. Maka yang kita pelajari adalah yang ada dann yang mungkin ada. Kita terapkan rumah epoke kedalam kehidupan sehari-hari, cowok cewek berteman dan kemudian jadian, sesaat setelahnya sudah harus pandai-pandai untuk memasukkan ketertarikan dengan yang lainnya ke dalam rumah epoke. Istrimu adalah dirimu yang lain, suamimu adalah dirimu yg lain. Supaya kita terampil menembus ruang dan waktu, maka kita perlu pintar-pintar untuk menggunakan rumah epoke.

Pengertian dari the fondasionalism dan anti fondasionalism. Contoh yang paling penting dalam matematika adalah kaum formalism (Hilbert). Barang siapa yang menetetapkan permulaan percaya adanya permulaan, maka dia adalah kaum pondasionalism, karena percaya akan adanya kausa prima. Sebab dari segala sebab adalah kausa prima bagi seorang spiritualis. Membangun rumah tangga dengan pondasi ijab qobul. Kesombongan dari sebuah fondasionalism dapat membuat orang menjadi berantakan. Dalam matematika terdapat suatu pondasionalism, karena di dalam matematika terdapat suatu definisi. Sejak kapan kita bisa membedakan antara tinggi dan rendah, sejak kapan kita bisa membedakan antara jauh dan dekat. Itulah yang dinamakan intuisi. Kalo anda tidak bisa menentukan suatu permulaan, itulah juga intuisi. Tidak perlu kita membicarakan definisi mengenai jauh atau dekat. Manusia mempunyai kemampuan qualitatif dan quantitatif. Banyak sekali penggunaan matematika yang diajarkan secara formal menurut fondasionalism, sehingga merusak intuisi matematika. Maka kita sebagai calon guru di harapkan untuk bisa mengantarkan kembali intuisi-intuisi yang ada kepada murid-murid kita

Arti dari Aliran Filsafat



sebab dari segala sebab bagi orang yang percaya dan beragama itu Tuhan. dalam filsafat disebut Kausa Prima (Aristoteles), maka org beragama itu merupakan kaum pondasionalism yg hidupnya berdasarkan sebab awal. perjanjian adalah merupakan pondasion , ijab qobul juga merupakan pondasion. intuisi bukan termasuk pondasion, karena sudah dapat membedakan antara satu dengan yang lainya. maka banyak sekali  sampai tak terhingga anda tidak dapat mengetahui awal permukaannya , itulah yang dinamakan intuisionism. belajar matematika juga begitu.ada yang pure matematika, itulah yang namanya pondasionalism, karena menggunakan definisi. tetapkan dulu definisi maka baru diterapkan melalui teorema-teorema yang selaras, dimana selaras hukumnya identitas. tapi ada yang namanya gerakan anti pondasionakism, misalnya anda mengerti bilangan 2 itu kapan? apakah anda mengerti bilangan 2 dari perguruan tinggi? apakah dari 1 ditambah satu?maka 2 merupakan suatu yang sudah kita ketahui sejak kecil, itulah intuisi. bahwa dua tidak muncul akibat 1. anda mengerti bilangan 1 dari mana? itulah yang namanya intuisi. baru mengembangkan matematika yang intuisi. kita merupakan campuran dari beberapa golongan podasiionalism, intuisionalism, aristotelesism dan lain-lain.
filsafat itu ilmu. secara fiksafat, ilmu itu diperoleh dari pertanyaan, maka beda dengan pelajaran matematika, sebetulnya harusnya sama, tetapi matematika yang tidak paham.  dualisme. masyarakat kita cenderung dualisme.dualisme tidak cenderung buruk. terdapat juga dualisme yang baik, misalnya hanya ada lakilaki dan perempuan. tidak ada yang namanya 90 persen lakilaki, 80 persen lakilaki. itu sesuai dengan kitabnya seperti itu. tetapi masyarakat kapitalisme itu sudah sampai kepada pluralisme. sekarang semakin banyak oarng banci, itu namanya plural.
dualisme yang lain adalah hablumninallah habluminanas. beda dengan plural anatra hubungan manusia dengan tuhan dan hubungan  manusia dengan manusia. kalau hanya berhubungan dengan tuhan saja itu adalah fatal, kaum fatal kalau manusia kaum vital.hidup iytu adalah jarak antara fatal dan vital, kapan kita menuju fatal, dan kapan kita menuju vital. berdoalah seakanakan engakau mau mati nanti, menuju ke fatal, berudahalan seakanakan engkau aka hidup seribu tahun lagi. jadi disini plural itu benar. karena filsafat itu sentitif terhadap ruang dan waktu.
apakah perbedaan kenikmatan dan kebahagiaan ?nikmat itu sesaat sedangkan bahagia itu tahan lama. nikmat itu biasanya kulitnya kalo bahagia itu esensinya, nikmat itu biasanya parsial kalo bahagia itu komperhensif, aku ingin hidup yang bahagia, kenikmatan itu lah dinamaka hedonisme. secara filsafat orang  yang bahagia itu adalah orangg yg berilmu, bagaimana sikap kita menanggapi aliran filsafat yangg sangat banyak?, filsafat adalah dirimu sendiri. filsafat dalam arti micro cosmos. dalam sudut pandangan kecil. yang ada dan yang mungkin ada ialah usaha untuk mensinkronisasi dri. apakah tokoh filsafat berhubungan satu dengan yang lain? tokoh filsafat itu merupakan pintu pintu. filsafat itu secepat kilat secepat cahaya. mari kita buktikan,pikiran orang bisa sedang di new york, bisa di jepang, bisa di melbourne. tidak ada pesawat yang dapat mengikuti kecepatan olah pikir filsafat. bagaimana kalau fisafat tidak ada? itu artinya tidak ada fikiran. kalau filsafat tidak ada itu fikiran tidak ad, kalau fikiran tidak ad itu berarti manusia tidak ada, karena manusia itu berfikir. filsafat itu olah pikir.relativitas pemikiran seseorg selalu dapat merugikan pkiran org? absolut itu akhirat absolut ut tuhan spiritual, manusia hanya dapat mengandaikan, tapi kalo sudah turun ke bumi itu sudah menjadi pikiran manusia

Unsur-unsur dalam berfilsafat



segala sesuatunya itu berdimensi, mulai dari merenungkan merenungkan itu psikologi berfikir atau berfilsafat. jika dimensinya kita turunkan merenungkan itu dalam kehidupan sehari-hari itu berkaca. berkaca itu dalam pengertian yang maya. kita turunkan lagi dimensinya adalah bertinju.bertinju itu bentuk materialnya. ada bermain musik, aku berjalan. kita naikkan dimensinya. naik turunnya dimensi itu adalah segala yg ada dan yg mungkin ada, itulah sejarah filsafat. berbicara menulis itu merenung.setinggi tinggi orang merenung dapat diartikan berfikir.kalo dihorisontalkan maka ada merenung intensif dan ekstensif. hakekat cinta itu sebagian tidak dapat kita rasakan. janganlah mentangmentang anda berfilsafat maka anda juga mengutakatik masalah hati dengan berfikir, itu berbahaya. berdoa itu juga merenung.kehebatan filsafat itu sudah menembus ruang dan waktu.
amarah itu yang ada dan yang mungkin ada itu semuanya objek dalam berfikir. pertanyaannya apakah amarah sekaranga ada dalam pikiranmu. karena kita profesional maka kiat akan mengatur ilmu amarah itu. jangan pernah sekali menahan amarah ke dalam hati. kecuali marah karena tuhan, wajib hukumnya.kalo amarah di dalam pikiran itu bagaimana menjelakannya maka itu tergantung apa yang ada dalam fikirannya.marah itu masuk kedalam psikologi. nah pada masyarakat awam marah itu bisa bertawuran.
apa unsur terpenting dari pendidikan karakter. karakter diartikan sebagai  dari siapa untuk siapa. karakter setiap orang itu lain. karakter itu dapat dijeaskan secara parsial.karakter itu dalam filsaafat adalah sifat yg melekat pada diri objek. contohnya hijau adalah karakter dari daun krem tembok cepat kereta. dalam filsafat,menjatuhkan karakter itu sama saja jatuhnya sebuah bom.(aristoteles) anteseden. jangan memposisikan dirimu pasif, jadi jika engkau menjatuhkan karaktermu, melemahkan potensimu. jadilah dirimu sendiri. ketidakmauan menjatuhkan karakter itu adalah rasa syukur. unsur utama menjatuhkan orang lain adalah kuasa. sebagian orang sering menjatuhkan karakter. karakter itu awalnya adalah dari psikologi. karakter itu adalah sifat dan perbuatan. kita harus mampu mengolah karakter. maka sebenarnya hidup ini adalah karakter, yaitu sifat yang melekat padaobek. padahal sifat anyg mungkin ada dan yang ada itu adalah subjek dan obek. sifat yang melekat kedalam fikiranmu adalah pengetahuanmu. maka karakter itu segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.
kritisilah hati dengan pikiran, kemudian batasilah pikiran anda dengan hatimu. karena pekerjaan hati itu membatasi.  komponen itu ada fakta, ketahuialah bahwa setiap fakta itu adalah potensi. proses sendiri adalah fakta dan potensi. sebenar-benarnya hidup ini adalah jarak antara potensi dan fakta. potensi tidak akan pernah sama dengan fakta. apalagi potensi dengan potensi. filsafat itu peduli terhadap ruang waktu. matematika itu benar jika engkau fikirkan tetapi sudah salah jika dia ucapkan. matematika itu benar jika konsisten, tapi benarnya filsafat itu bukan masalah salah dan benar. hidup ini adalah sebuah kontradiksi. hanya tuhan lah sebenar-benarnya yang mempunyai nama, orang itu hanya untuk berusaha menggapai namanya.
spirituali berkata aku sedang menyaksikan hiruk pikuk orang berlalu lalang,tidak lebih nya mereka adalah mayat-mayat hidup yg berjalan.kenapa? karena melihat sebagian dari mereka itu tiadalah doa didalam hati. menurut kaum spiritualis jika engkau semenitpun tidak berdoa maka engkau seperti mayat hidup. jadikanlah doamu itu selalu kontinu dalam keadaan apapun. berfilsafat itu pola pikir, deajatnya lebih rendah dari spiritualis.
seroang fisuf berkata aku sedang menyaksikan hiruk pikuk orang berlalulalang, Cuma dari sebagian mereka itu tidak lebihnya sepeti mayat-mayat yang hidup, karena sebagian dari mereka itu sebenarnya tidak berfikir.

Sifat filsafat



Filsafat merupakan sebuah ilmu tua, tidak sembarang orang dapat mempelajari filsafat harus dilakukan oleh yang profesional. jika yang berfilsafat orang awam mungkin dalam berfilsafat tidak tersusun dengan baik bahkan mungkin ada yang tidak berhubungan sama sekali. filsafat juga sangat perduli terhadap ruang, waktu, dimensi, aturan dan komitmen. karena dalam berfilsafat semua hal tersebut pasti digunakan. filsafat juga halus lembut, kelembutanya melebihi udara jika dibayangkan sama seperti waktu kita melihat bulan. filsafat juga sangat menghargai tata krama, karena dalam berfilsafat sudah ada aturan yang berlaku jadi tidak semua orang dapat berfilsafat dengan baik dan benar. filsafat juga sangat sopan santun terhadap ruang dan waktu.
filsafat juga merupakan olah pikir, setiap olah pikir manusia pasti berbeda. olah pikir masing-masing yang telah mempelajari pikiran para filsuf. di indonesia dalam berfilsafat menetapkan hati sebagai komandan karena pikiran manusia bersifat terbatas. setinggi-tinggi pikiran manusia tidak akan mampu mengungkap misteri yang ada. maka dari itulah hati sebagai komandan dalam berfilsafat. tapi di luar negeri tidak demikian. mereka mencoba membuktikan keberadaan tuhan. tapi bagi orang indonesia tuhan tidak perlu dicari tetapi percaya ada itulah disebut keyakinan. mungkin ada beberapa orang akan beranggapan jika hati menggambil komandan akan menghambat dalam berpikir keyakinan akan membatasi pikiran, tapi jangan berpikiran seperti itu. anggalpah hati menjadi rambu-rambu dalam berpikir. sehingga dalam berfilsafat kita harus selalu kembali kepada keyakinan kita. filsafat juga dapat diletakan didepan apapun, karena filsafat mempelajari ada dan yang mungkin ada. segala sesuatu yang mempunyai awal dan akhir. filsafat juga ada pada dirimu sendiri. jadi tidak ada orang yang mampu lari dari filsafat.
Banyak orang menyamakan antara berfilsafat dan berpikir ilmiah. filsafat itu berfikir secara reflektif, sedangkan berfikir ilmiah belum tentu reflektif. seperti matematikawan itu belum tentu reflektif, karena jika diberfikir filsafat itu juga berfikir ilmiah. kegunan dalam berfilsafat adalah supaya pengalaman kita difikirkan. Apakah bisa kita berfikir tanpa pengalaman? Bisa misalnya dalam matematika. Contoh semuanya takut dengan harimau, tetapi kita belum pernah merasakan diterkam oleh harimau. pikiran dibentuk menjadi pengalaman, pengalaman direfleksikan dalam fikiran itulah namanya interaksi / menterjemahkan.

Minggu, 06 Januari 2013

Elegi Bagaimana Matematikawan Dapat Mengusir Syaitan?

Oleh Marsigit

Syaitan:
Uhiiihhhhh....suaraku melengking...



Matematikawan:
Melengking ditambah melengking sama dengan dua melengking.
Melengking dikurangi melengking sama dengan nol melengking.
Melengking kali melengking sama dengan melengking kuadrat.
Melengking pangkat melengking sama dengan melengking kali melengking dst sampai melengking kali.
Melengking dibagi melengking sama dengan satu
Melengking bersifat kontinu
Melengking yang diskret itu namanya mengikik
Melengking kalau digambar grafiknya melengkung
Melengking ....
...

Melengking kontinu ditambah melengking diskret hasilnya adalah melengking kontinu.

Syaetan:
Wah sialan matematikawan itu. Tidak takut dengan lengkinganku malah asyik sendiri menganalisis secara matematika dari lengkinganku itu. Saya coba dengan produksiku suara aneh. Ugreas..graes sruttt.

Matematikawan:
Dengan mendengar suara aneh itu maka aku sekarang mempunyai ide atau menemukan Konsep Bilangan Aneh. Berikut akan saya uraikan beberapa sifat, relasi dan operasi yang mungkin terjadi pada Bilangan Aneh.
Bilangan Aneh jangan disamakan dengan Bilangan Ganjil
Bilangan Aneh ditambah Bilangan Aneh adalah Bilangan Aneh
Bilangan Aneh dikurangi Bilangan Aneh adalah Bilangan Aneh
Bilangan Aneh dikali Bilangan Aneh adalah Bilangan Aneh
Bilangan Aneh dibagai Bilangan Aneh adalah Bilangan Aneh
Bilangan Aneh dipangkatkan dengan Bilangan Aneh adalah Bilangan Aneh
Sistem Bilangan Aneh mempunyai Bilangan Aneh Identitas
Sistem Bilangan Aneh mempunyai Bilangan Aneh Invers
...
...
Sistem Bilangan Aneh bersifat isomorphis dengan Sistem Bilangan Bulat.

Syaetan:
Wah sialan matematikawan itu. Tidak takut dengan suaraku yang aneh malah asyik sendiri menganalisis secara matematis suaraku yang aneh ini. Saya coba dengan bentukku yang menyeramkan.

Matematikawan:
Bentuk yang menyeramkan jika digeser juga akan dihasilkan bentuk yang menyeramkan.
Bentuk yang menyeramkan jika diputar juga akan dihasilkan bentuk yang menyeramkan.
Bentuk yang menyeramkan jika dicerminkan menurut sumbu datar maka akan diperoleh bayangan dengan bentuk yang menyeramkan.
Bentuk yang menyeramkan dapat dihitung panjang kelilingnya.
Bentuk yang menyeramkan dapat dihitung luasnya.
...
...
...
Bentuk yang menyeramkan berdimensi tiga dapat dihitung volumenya.

Syaitan:
Wah sialan matematikawan itu. Tidak takut dengan bentukku yang menyeramkan malah asyik sendiri menganalisis secara matematis bentukku yang menyeramkan. Saya coba dengan mendatangkan temanku yang jumlahnya banyak sekali.

Matematikawan:
Dalam matematika, jumlah yang banyak sekali dapat ditafsirkan bermacam-macam. Dia bisa himpunanbilnagn terbuka, dia bisa bilangan infinit, dia bisa menuju limit, dia bisa tak terhingga, dia bisa transenden, dst.
Banyak sekali ditambah banyak sekali adalah banyak sekali.
Banyak sekali dikali banyak sekali adalah banyak sekali.
Banyak sekali pangkat banyak sekali adalah banyak sekali.
...
...
...
Banyak sekali jangan disamakan dengan besar sekal.

Saitan:
Wah sialan matematikawan itu. Tidak takut dengan temanku yang banyak sekali malah menganalisis konsep banyak sekali ditinjau dari sisi matematika. Akan saya tunjukan bahwa saya bisa menghilang dan berubah bentuk.

Matematikawan:
Kata dasar dari menghilang adalah hilang. Kata bentukannya bisa menghilang, dihilangkan, atau menghilangkan. Dalam matematika dikenal metode menghilangkan atau eliminasi, misalnya menghilangkan variabel di ruas kiri pada penyelesaian suatu persamaan. Yang setara dengan metode menghilangkan adalah metode substitusi. Yang bisa hilang tidak hanya variabel, tetapi juga tanda-tanda bilangan dan tanda-tanda akar. Tanda akar kuadrat suatu bilangan akan hilang jika akar kuadrat dari bilangan itu kita kuadratkan. Jika diekstensikan artinya maka menghilang bisa dimengerti sebagai kosong. Tetapi kosong itu belum tentu nol, karena nol itu bilangan dan jelaslah tidak kosong. Jika hutangku negatif ternyata dapat dimengerti sebagai tidak punya hutang. Perihal perubahan bentuk dalam matematika dapat saya terangkan demikian. Bangun-bangun geometri baik datar, lengkung maupun dimensi tiga dapat berubah bentuknya jika dikenai perlakuan misalnya dengan translasi. Ada bermacam-macam translasi misalnya dilatasi, rotasi, dan refleksi...atau gabungan dari dua atau ketiganya.

Syaitan:
Wah sialan matematikawan itu. Tidak takut dengan kemampuanku dapat menghilang malah pamer tentang penggunaan konsep hilang dalam matematika. Dia malah menerangkan teori perubahan bentuk dengan translasi. Sekarang akan saya goda dengan WANITA CANTIK.

Matematikawan:
WANITA adalah sebuah kata terdiri dari enam huruf yaitu W, A, N, I, T, A
WANITA dengan unsur-unsur hurufnya yang ada dapat dibentuk kata yang lain dengan komposisi huruf yang sama seperti:WANIAT, WANAIT, WAANIT, AWANIT, WANTIA, WATNIA, WTANIA, dst.
...
...
CANTIK adalah sebuah kata yang terdiri dari enam huruf yaitu C, A, N, T, I, K
...
dst


Syaitan:
Wah sialan matematikawan itu. Tidak terpengaruh dengan WANITA CANTIK...malah menganalisis secara matematis komposisi huruf yang terdapat di kata-kata itu. Saya coba dengan godaan Barang Mewah

Matematikawan:
Sebuah Barang Mewah terdiri dari komponen dasar A, B, C, D dan E. Diketahui harga komponen A adalah 35 %, komponen B adalah 30 %, komponen C adalah 25%, komponen D adalah 8%, dan komponen E adalah 2%. Komponen E berharga Rp 2 juta. Jika akan diproduksi 1000 buah Barang Mewah maka tentukan berapa biaya keseluruhan? Perhitungannya adalah sebagai berikut:...

Syaitan:
Wah sialan matematikawan itu. Tidak terpengaruh dengan Barang Mewah...malah menganalisis secara matematis komponen barang mewah, membuat soal cerita dan asyik menghitungnya. Hai matematikawan jangan sok pintar engau didepanku...sehebat-hebat rasional pikiranmu tidaklah akan mampu memikirkan seluruh diriku. Ketahuilah bahwa ada bagian dari diriku itu yang bersifat irasional.

Matematikawan:
Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai p per q dimana p bulat, q bulat dan q tidak sama dengan nol. Sedangkan bilangan irrasional adalah bilangan yang tidak demikian. Tentulah semua bilangan bulat adalah bilangan rasional. Sedangkan contoh dari bilangan irrasional adalah bilangan phi, bilangan e, akar dua, dst. Kalau hanya bicara bilangan rasional atau irrasional dalam matematika itu hal biasa. Padahal masih ada lagi yang akan saya uraikan yaitu bilangan imaginer. Bilangan imaginer adalah...kalau saya berusaha menarik akar dari bilangan negatif misalnya akar dari bilangan minus satu maka saya akan peroleh bilangan imaginer.

Syaitan:
Sialan tenan matematikawan itu. Saya pameri sifatku yang irrasional malah berteori tentang bilangan rasional dan irrasional. Dia malah pamer bilangan imaginer segala. Hai matematikawan...apakah engkau tidak tahu bahwa saya sudah mulai marah? Ketahuilah bahwa saya itu bukan syaetan biasa.Saya itu syaitan dengan pangkat yang tinggi..tahu?

Matematikawan:
Ada bermacam-macam bilangan berpangkat itu. Ada bilangan berpangkat bilangan bulat, bilangan berpangkat bilangan pecah, ada juga bilangan berpangkat tak sebenarnya. Hehe...asal tahu saja engkau syaetan...berpangkat tak sebenarnya itu juga dapat diartikan mempunyai pangkat tetapi dengan cara tidak khalal. Saya ragu apakah pangkatmu itu khalal atau tidak?

Syaitan:
Sialan tenan orang itu...malah mempertanyakan dan meragukan pangkatku. Hai..orang yang mengaku matematikawan hebat...apa engkau tidak tahu bahwa aku mempunyai kemampuan masuk kedalam tubuh manusia?

Matematikawan:
Kemampuan syaitan masuk ketubuh manusia, di dalam matematika, dapat dianalogan dengan penggantian sebuah variabel dengan dengan konstanta. Dalam matematika konstanta-konstanta penyusup variabel bisa juga berupa bilangan atau variabel yang lain. Jika yang menyusupi atau yang menggantikan variabel adalah juga variabel maka keadaannya persis manusia yang kesurupan syaitan, tetapi dengan catatan bahwa variabelnya bersifat jelek seperti halnya sifat dirimu. Kejadian demikian banyak ditemukan pada pembicaraan tentang fungsi komposisi...dimana variabelnya bahkan bisa berupa fungsi. Untuk matematika tingkat rendah itu namanya substitusi. Maka sederhana saja untuk memahami secara matematis perihal kemampuanmu masuk ke dalam tubuh manusia.

Syaitan:
Kurangajar tenan...dia malah kelihatannya mengetahui rahasiaku.Wah ternyata sangat sulit menggoda seorang matematikawan atau orang-orang yang menggunakan akalnya. Sejak dulu Adam A.S selalu lebih tinggi ilmunya dari saya. Hai..sekali lagi... hai...yang mengaku matematikawan sejati...jika engkau betul-betul mengaku sebagai matematikawan...cobalah kalau bisa hitunglah dosa-dosaku dan hitunglah amal-amalmu?

Matematikawan:
Aku tidaklah terlalu peduli dengan dosa-dosamu. Tetapi aku lebih peduli agar diriku tidak melakukan dosa. Tetapi jika karena suatu hal disadari atau tidak aku telah melakukan dosa besar X, maka insyaallah aku akan memohon ampun kepada Allah hingga tak berhingga banyaknya. Itulah bahwa di dalam matematika berapapun besar nilai X jika dibagi dengan bilangan tak hingga maka hasilnya Nol. Itulah bahwa harapanku adalah atas kuasa Tuhanku maka dosaku menjadi Nol. Sedangkan dosamu adalah kesombonganmu dan perilakumu menyekutukan Tuhan...itu adalah dosa yang tak terhingga besarnya. Seberapapun engkau berpura-pura memohon ampun maka itulah hukumnya dalam matematika bahwa bilangan tak berhingga besarnya jika dibagi dengan bilangan berapapun hasilnya adalah masih tak terhingga. Itulah bahwa dosamu itu tidak terampuni. Na'u dzubillah himindzalik. Sedangkan sebesar-besar pahala adalah bagi orang beriman yang ikhlas. Setinggi-tinggi derajat manusia didunia masih kalah tinggi dengan orang yang ikhlas. Itulah hukumnya dalam matematika bahwa bilangan besar betapapun jika dipangkatkan Nol maka hasilnya adalah Satu. Nol itu adalah ikhlasnya orang beriman, sedangkan Satu itu Esanya Tuhanku. Ya Allah ampunilah dosa-dosaku. Ya Allah jauhkanlah aku dari godaan syaitan yang terkutuk. Amiin

Syaitan:
Ooo...ohhh kurangajar...dengan matematikamu ternyata engkau bisa menguraikan jumlah dosa dan jumlah pahala...malah engkau itu bisa mengaji. Oh..kenapa badanku terasa panas sekali? Aku tak tahan...oh jangan...jangan...wahai sang matematikawan...aku telah bertobat...tidak...tidak...jangan bakar tubuhku....tidak...tidak...aku pergi...pergi...pergi...Kecerdasan dan doamu ternyata telah membakar diriku... panas... pergi...pergi...

Matematikawan:
Ahhh...dasar syaitan...ditinggal ngetung matematika saja sudah kelabakan. Ternyata keasyikanku bermatematikaria bisa mengusir syaitan. Setelah aku panjatkan doa kehadlirat Allah SWT ternyata pergi dia. Alhamdulillah...amiiin.

sumber : http://powermathematics.blogspot.com/2010/03/elegi-bagaimana-matematikawan-dapat.html?showComment=1357476655733#c3107555473384899144

Selasa, 06 November 2012

Elegi Memahami Elegi

Oleh Marsigit
 
Mahasiswa:
Aku jengkel, aku marah, aku tak peduli, aku tersinggung...



Dosen:
Sebentar apa masalahnya? Mengapa anda bersikap demikian?

Mahasiswa:
Ah Bapak tak perlu berpura-pura. Kan segala macam persoalan yang membuat Bapak sendiri.

Dosen:
Oh baik apakah ini berkaitan dengan perkuliahan filsafat. Jika benar apakah ini berurusan dengan Elegi-elegi?

Mahasiswa:
Sumpah serapah. Saya tak mau lagi membaca Elegi? Kekaguman saya kepada bapak juga runtuh sudah. Ternyata Bapak tidak seperti yang aku pikirkan.

Dosen:
Lho kenapa, emangnya apa salahnya Elegi? Jika engkau telah menemukan bahwa aku tidak perlu lagi engkau kagumi, bukankah itu adalah satu jalanmu bagi pencerahanmu. Filsafat itu tidak tergantung oleh keberadaan saya. Sehebat-hebat aku sebagai dosen, itu adalah ibarat setitik pasir ditepi lautan filsafat. Maka aku perlu sarankan pula agar engkau pun perlu memikir ulang kekagumanmu terhadap dosen yang lain. Sebab hal yang demikian dapat melemahkan usahamu mewujudkan pikiran kritismu.

Mahasiswa:
Bapak itu tidak mutu. Kenapa aku belajar filsafat pakai syarat harus (diwajibkan) membaca Elegi?

Dosen:
Sebetulnya bukan wajib. Wajib itu relatif. Selama itu masih urusan dunia, segala kewajiban itu masih bisa dirundingkan.

Mahasiswa:
Tetapi setelah membaca Elegi dan mengikuti kuliah Bapak saya jadi pusing. Konsep pemikiranku menjadi berantakan tak karuan. Waktu saya untuk belajar filsafat itu cuma sedikit Pak. Saya mempunyai banyak tugas-tugas yang lain. Apa lah gunanya berfilsafat, sehingga berbicara ngalor ngidul yang tak relevan dengan kehidupan sehari-hari. Lagi pula tidak ada sangkut pautnya dengan tugas mengajar saya. Saya perlu pemondokan, saya perlu transportasi, saya bolak balik dari kampus ke tempat asalku. Itu sudah sangat menyita waktu.

Dosen:
Lha apa usulmu dan apa maumu?

Mahasiswa:
Berikan saja kepada saya referensi yang singkat, padat dan jelas, untuk kemudian saya bisa baca dengan singkat dan saya gunakan untuk persiapan ujian. Beres gitu aja pak.

Dosen:
Maaf, menurut pandangan saya. Ibarat perjalanan, anda sudah memasuki jalan-jalan dan gang sempit, sehingga sulit bagi dirimu untuk membalikkan kendaraanmu atau parkir atau balik arah dsb. Padahal orang belajar filsafat itu ibarat duduk di lobi, dia belum menentukan sikap jalan mana yang harus dilalui, dia hanay baru memikirkannya.

Mahasiswa:
Lagi-lagi, Bapak mulai berfilsafat. Mulai sekarang saya akan diam saja, tidak akan bertanya, tidak akan membuat komen pada Elegi, dan bersifat pasif saja dalam perkuliahan.

Dosen:
Kelihatannya anda cukup bernafsu dalam bersikap. Jika demikian maka pilihan hidup anda akan semakin sedikit. Bukankah banyak orang lebih suka mempunyai banyak pilihan agar hidup itu membahagiakan?
Padahal dalam mempelajari filsafat, mahasiswa itu seyogyanya dalam keadaan NOL. Artinya agar mampu berpikir kritis, maka kita perlu berpikir netral, tidak prejudice atau watprasangka, tidak emosi, tidak putus asa.

Mahasiswa:
Ah lagi-lagi Bapak mulai berfilsafat. Saya jujur saja jemu dengan segala macam ceremah Bapak.

Dosen:
Jikalau engkau mulai jemu dengan ceramah saya, bukankah setiap hari saya sudah beri kesempatan untuk bertanya, usul, memberi saran atau apa saja baiknya agar engkau mampu belajar filsafat.

Mahasiswa:
Sebetulnya sih enggan aku katakan. Jujur saja untuk berbicara di kelas juga aku mengalami kesulitan, karena mungkin bacaanku juga masih sedikit.

Dosen:
Kenapa engkau tidak usul atau bertanya atau memberi saran.

Mahasiswa:
Untuk itu semua juga sama saja. Saya tidak merasa pede karena mungkin saya juga kurang membaca. Atau bacaan saya belum relevan dengan pokok pembicaraan.

Dosen:
Terus apalagi yang ingin engkau sampaikan?

Mahasiswa:
Kenapa Bapak melakukan testing filsafat, sehingga terasa memberatkan mahasiswa?

Dosen:
Itu merupakan komunikasi formal. Wajib hukumnya bagi dosen untuk menguji mahasiswa.

Mahasiswa:
Kenapa ujiannya seperti itu, lain lagi minta ujiannya sesuai dengan selera saya.

Dosen:
Ujian seperti apa yang engkau inginkan?

Mahasiswa:
Aku sendiri juga bingung. Bagaimana ya cara Bapak menguji diriku agar Bapak juga tahu kemampuan berfilsafatku?

Dosen:
Saya sebetulnya mempunyai banyak cara dan teori untuk mengujimu. Anda sendiri juga bisa membuat refleksi, bisa membuat makalah, bisa menguraikan atau membuat tesis, anti tesis atau sintesis.

Mahasiswa:
Apa pula itu Pak?

Dosen:
Kemarahan dan emosimu telah menutup sebagaian ilmumu. Jika engkau terus-teruskan itulah sebenar-benar musuhmu dalam belajar filsafat. Jika engkau tidak mamu mengatasi sampai kuliah ini berakhir, itu pertanda engkau gagal dalam menempuh perkuliahan. Padahal sebetul-betulnya yang terjadi adalah untuk belajar filsafat, tidak cukup hanya membaca sedikit, tidak tepat kalau hanya menginginkan petunjuk teknis, tidak cukup kalau hanya membaca referensi wajib, tidak cukup hanya berpikir parsial. Jika itu yang engkau lakukan maka itulah sebenar-benar anda akan menjadi manusia yang berbahaya dimuka bumi ini, karena anda akan menggunakan filsafat tidak tepat ruang dan waktunya. Maka mempelajari filsafat juga tidak bisa urut hirarkhis, tidak hanya membaca tetapi berfilsafatlah dengan segenap jiwa ragamu. Itulah maka sebenar-benar filsafat adalah refleksi hidupmu sendiri. Amarahmu dan kekecewaanu itu adalah catatanmu. Tetapi ketahuilah bahwa amarah dan emosi itu sebenar-benar adalah telah menghabiskan dan membakar energimu.

Mahasiswa:
Bapak otoriter.

Dosen:
Otoriter itu dunia. Dia punya batas-batasnya. Dia bisa sangat kuat tetapi juga bisa sangat lemah. Jika otoritasnya sangat lemah mungkin dia demokratis, tetapi tidak selalu demikian. Lihat betapa Amerika begitu garangnya berperang dalam rangka menegakkan demokrasi. Lalu apa usulmu lagi?

Mahasiswa:
Sementara aku akan berdiam diri.

Dosen:
Baik, dalam diam itu ada kebajikan. Karena diam dapat digunakan sebagai sarana untuk refleksi diri. Ketahuilah bahwa refkesi diri itu merupakan kegiatan berpikir yang paling tinggi. Demikianlah semoga kita semua dapat selalu belajar dari pengalaman. Amiiin.

Mahasiswa:
Ntar Pak jangan ditutup dulu. saya ingin tanya dengan jurur. Terus terang saya mengalami kesulita memahami Elegi Bapak.

Dosen:
Baik anda mengalami kesulitan karena saya menggunakan berbagai macam bahasa dengan segala tingkatannya.

Mahasiswa:
Maksud Bapak?

Dosen:
Elegi itu tidak hanya meliputi jenis ucapan tetapi juga tindakan ucapan. Kita mengetahui ada paling sedikit empat macam jenis komunikasi: material, formal, normatif dan spiritual. Maka Elegi itu meliputi semua tingkatan jenis komunikasi tersebut.

Dalam Elegi aku juga berusaha menggunakan bahasa konstatif, maksudnya saya berusaha menggambarkan suatu kejadian atau fakta atau fenomena menggunakan gaya bahasaku sendiri. Dengan bahasa konstatif itu anda dapat melakukan verifikasi atau menilai benar salahnya pernyataan saya. Maka carilah mereka itu dalam Elegi-elegi saya. Tetapi ada juga Elegi dimana saya bebas memilih kata-kata atau bahasa saya sesuai dengan selera saya.

Dengan bahasa demikian saya tidak bermaksud agar anda membuktikan kebenarannya, tetapi semata-mata merupakan usaha saya sebagai penutur bahasa untuk memberi muatan filsafat, muatan moril atau muatan pengetahuan atau muatan pengalaman lainnya. Dengan bahasa perforatif itu saya ingin menunjukkan bahwa elegi itu memang orisinil tulisan saya.

Saya juga ingin menunjukkan kehadiran keterlibatan saya dalam elegi itu dengan demikian saya bisa lebih menghayati penulisan elegi itu. Di sinilah mungkin terjadi perbedaan taraf kelaikan yang anda harapkan dengan taraf kelaikan yang saya gunakan atau saya pilih. Jika terjadi kesenjangan ini maka saya menyadari bahwa anda akan dibuatnya “unhappy”, sedangkan saya sipembuat elegi happy-happy saja.

Tetapi dalam membuat Elegi ini saya juga tidak hanya melakukan hal-hal di atas. Dalam beberapa hal saya juga melakukan apa yang disebut sebagai tindakan lokusi, yaitu meletakkan tanggung jawab penuturan bahasa bukan pada penuturnya tetapi kepada semuanya. Artinya penuturan bahasa itu memang bersifat umum. Dengan mengambil tindakan lokusi pada suatu Elegi saya merasa mempunyai landasan untuk mengembangkan tindakan illokusi bahasa.

Tindakan illokusi bahasa adalah bahasa yang menunjukkan lawan terhadap tindakan sesuatu, dengan demikian tindakan illokusi ini akan menuntut saya sebagai si penutur bahasa untuk bersikap konsekuen juga melaksanakan penuturan saya itu. Misal keyika saya menyarankan anda untuk membaca, itu berarti saya juga seharusnya menyarankan kepada diri saya juga. Demikian juga ketika saya menyarankan anda untuk berbuat baik, bertindak konsisten, berpikir kritis, dsb.

Namun tidak hanya itu saja. Kata-kataku dalam elegi juga sebagian menunjukkan keadaan si pendengar dengan segala implikasinya. Artinya, saya menyadari bahwa kata-kata saya itu akan berpengaruh terhadap si pembaca elegi. Dalam filsafat bahasa mungkin ini yang disebut sebagai tindakan saya yang bersifat perlokusi.

Misalnya kalimat saya yang berbunyi-tidak mungkin belajar filsafat tanpa membaca-.
Ini berakibat anda sebagai mahasiswa saya yang menempuh filsafat, mau tidak mau harus membaca. Jika hal demikian dirasa berat, itulah anda dan juga saya menemukan bukti yang kesekian kalinya bahwa manusia di dunia itu bersifat kontradiktif.

Maka dapat aku katakan bahwa hidup itu adalah pilihan. Jika itu telah menjadi pilihanmu, mengapa engkau melakukan segala perbuatanmu kelihatannya kurang ikhlas. Bukannya engkau tahu bahwa ketidak ikhlasan walau sedikitpun itu tidak akan membawa manfaat baik di dunia maupun akhirat.

Maka renungkanlah. Semoga Allah SWT mengampuni segala kesalahan dan dosa-dosa kita. Amiin

Sumber : powermathematics.blogspot.com/2009/10/elegi-memahami-elegi.html