HELPING TEACHER
TO DEVELOP MODEL FOR SECONDARY MATHEMATICS TEACHING
Action Research of Indonesian Secondary Mathematics Teaching
By : Dr. Marsigit, M.A.
Kebayakan gaya guru matematika mengajar di indonesia dominan dengan metode eksposisi yaitu pengajaran formal klasik yang terdiri dari menjelaskan konsep, memberikan contoh, memberikan pertanyaan dan terakhir memberikan tugas. Dalam model pembelajaran ini guru kesulitan dalam memenuhi kebutuhan kompetensi akademik dan keaktifan siswa dalam belajar. Karena guru dalam model ini adalah tokoh sentral, siswa jarang aktif ikut dalam pembelajaran secara langsung bahkan ada yang tidak sama sekali.
Dari laporan cockroft (1982) bahwa praktek mengajar yang baik harus memberikan kesempatan diskusi baik antar guru, antar guru dan murid atau antar murid. Dengan ditambahkannya diskusi maka guru tersebut dapat memperbaiki pengetahuan matematikanya, mendorong siswa untuk menjadi pembelajar aktif, mengembangkan alat bantu mengajar, menambah metode mengajar dan menambah bahan mengajar. Dalam pengajaran dalam bentuk diskusi kelompok, hasil atau jawaban tidak boleh digunakan lebih cenderung untuk menerapkan konsep, pengetahuan dan pengembangan dalam proses kegiatan matematika seperti : penalaran pengklarifikasikan mengorganisir dan sebagainya. Sehingga siswa memiliki kesempatan yang lebih untuk berbicara dan menyampaikan pendapat mereka tanpa ada rasa takut sehingga mereka lebih memahami apa yang dipelajari. Dan sumber yang ada juga takterbatas karena tidak hanya dari guru. Keterampilan siswa akan berkembang daripada metode klasik. Fungsi guru dalam metode ini adalah sebagai sumber pengetahuan dan penengah yang memberikan koreksi dan saran pada akhir kegiatan diskusi.
Solusi untuk permasalahan peningkatan pendidikan adalah mengubah gaya mengajar, tapi dalam prakteknya tidak semudah membalik telapak tangan. Butuh proses yang lama, apalagi sudah menjadi kebiasaan bagi guru pasti tidak nyaman untuk merubahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar